Minggu, 26 Februari 2012

Budidaya Tanaman Terong Dengan Holtikultura


 Pengertian

Terong (Solanum melongena) merupakan tanaman setahun berjenis perdu yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 60-90 cm. Daun tanaman ini lebar dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna ungu dan merupakan bunga yang sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga.

            Terung berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Kapan tanaman ini mulai dibudidayakan oleh manusia belum ditemukan data pastinya. Beberapa petunjuk menyatakan bahwatanaman terung banyak tumbuh di Cina.Dari daerah ini kemudian dibawa ke Spanyol dan disebarluaskan kenegara – negara lain di Eropa, Afrika, Amerika selatan, Malaysia dan Indonesia.Terong merupakan jenis tanaman sayuran yang dikomsumsi masyarakat pada umumnya. Budidaya tanaman terong biasa tumbuh pada dataran rendah dengan suhu berkisar antara 27-30 derajat celcius. Budidaya terong di Indonesia kurang begitu pesat sehingga dibutuhkan informasi tentang budidaya terong.

Prospek budidaya tanaman terong makin baik untuk dikelola secara intensif dan komersial dalam skala agribisnis, namun hasil rata-ratanya masih rendah. Hal ini disebabkan bentuk kultur budidaya yang masih sampingan, belum memadainya informasi teknik budidaya di tingkat petani.




Taksonomi Tanaman
- Kingdom : Plantae (tumbuhan)
- Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
- Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
- Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
- Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
- Sub-kelas : Asteridae
- Ordo : Solanales
- Familia : Solanaceae (suku terung-terungan)
- Genus : Solanum
- Spesies : Solanum melongena L.

2. Jenis -  Jenis Terong

1. Terong Pipit
Biasa disebut terong mini karena ukurannya yang kecil. Bentuknya bulat, selain berwarna hijau, juga ada yang berwarna ungu. Umumnya dimakan sebagai lalapan dan biasa terhidang di menu masakan Sunda, seperti karedok (pecel dengan sayuran serba mentah).









2. Terong Telunjuk
Bentuknya panjang seperti telunjuk, dan lazim terdapat di menu masakan Sumatera. Misalnya, dimasak untuk bumbu gulai dengan campuran udang atau daging sapi serta disambal balado, dapat juga ditumis dengan tambahan tauco.

3. Terong Ungu
Jenis ini yang paling terkenal dari terong. Bentuknya beragam, ada yang bulat dan yang panjang. Jenis terong ungu dengan warna lebih tua dijuluki terong jepang karena sering digunakan pada kuliner Jepang, seperti tempura. Selain kering, rasanya juga renyah. Sementara yang warnanya tidak terlalu gelap, berkarakter lebih lunak. Ada juga yang berwarna hijau, dan biasa dimasukkan sebagai bahan sayur lodeh.








4. Terong Belanda
Bentuknya lonjong menyerupai telur namun lebih runcing ujungnya. Daging buahnya banyak mengandung sari buah, rasanya agak asam, berwarna agak hitam sampai kekuning-kuningan, kulit buah tipis. Sewaktu belum matang, warnanya kuning lalu berubah menjadi ungu ketika sudah matang. Bijinya bulat pipih, tipis dan keras. Berbeda dengan jenis terong lain, terong belanda ini biasa diolah menjadi jus.



3. Kandungan Gizi dan Manfaat

- Bermanfaat untuk menurunkan kadar homosistein dalam darah.
- Asam folat pada terung bermanfaat untuk mencegah kerusakan otak bayi dalam
  
   kandungan
- Kulit terung mengandung nasunin,flavonoid yang berperan sebagai antioksidan kuat
   pengikat radikal bebas, menghambat proses angiogenesis, yaitu proses yang mendukung   
   pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dengan memasok oksigen dan nutrisi untuk sel
   kanker.
- Menurunkan kadar kolesterol jahat LDL dalam darah.
- Terung termasuk makanan yang tinggi serat dengan indeks glikemik
   rendah sehingga sangat baik untuk penderita diabetes tipe 2
- Terung bisa dijadikan lalapan seperti terung gelatik dan gelatik putih.


4. Pertumbuhan
- Dapat tumbuh di dataran rendah tinggi
- Suhu udara 22 - 30o C
- Jenis tanah yang paling baik, jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan    drainase baik dan pH antara 6,8-7,3
- Sinar matahari harus cukup
- Cocok ditanam musim kemarau
Budidaya tanaman Terong ini lebih mudah karena dapat tumbuh di berbagai tempat, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.  Tanaman Terong lebih mudah beradaptasi terhadap pengaruh cuaca. Budidaya tanaman Terong membutuhkan jenis tanah yang subur, kaya akan unsur hara atau nutrisi dalam tanah, bertekstur remah atau lempung berpasir dan memiliki aerasi tanah yang baik.  Aerasi tanah  adalah kemampuan tanah dalam meyerap gas seperti Oksigen dari udara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. 
Tingkat keasaman tanah atau pH tanah yang dibutuhkan dalam budidaya tanaman Terong ini berkisar antara 6,8 sampai 7,3 dimana unsur hara dapat tersedia dalam jumlah cukup dan mikroorganisme pengurai dapat hidup di dalam tanah.  Indikasi pH tanah ini dapat dilakukan dengan alat pengukur tingkat keasaman tanah atau pH meter.
5. Pedoman Budidaya Terong
·       Bibit
Pembibitan tanaman Terong berasal dari biji.  Penyemaian bibit dari biji ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena biji tanaman Terong lebih keras dibandingkan tanaman lainnya.Untuk mempercepat dalam budidaya tanaman Terong, sebaiknya biji direndam  dulu dalam wadah yang telah dibasahi.  Wadah tersebut diisi dengan busa atau kapas sebagai media tumbuh.  Biji Terong akan berkecambah lebih cepat dan siap untuk dipindahkan ke lahan semai/pembibitan lebih dulu.Pada saat pembibitan, hindarkan siraman air hujan secara langsung dan lindungi bibit dari cahaya matahari penuh agar bibit Terong tidak mudah layu dan kering.  Caranya dengan memberikan penutup pada lahan pembibitan, seperti dengan menggunakan mulsa plastik.
·       Penanaman
Penanaman dalam budidaya tanaman Terong ini sebaiknya dilakukan pada saat musim kemarau.  Curah hujan yang terlalu sering dan banyak dapat menyebabkan penurunan produksi tanaman Terong.  Jarak tanam yang dianjurkan untuk budidaya tanaman Terong ini adalah 60 cm x 70 cm antar tanaman.
·       Pemeliharaan
Pemeliharaan dalam budidaya tanaman Terong ini harus dilakukan secara teratur.  Penyiangan gulma sangat penting dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.  Penyiraman tanaman dilakukan secara rutin dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari.Tanaman Terong ini termasuk tanaman perdu yang tinggi sehingga memerlukan pemberian tajir atau turus yang terbuat dari bambu untuk menopang tanaman agar tidak rubuh atau jatuh. Selain itu, pemeliharaan lainnya dalam budidaya tanaman Terong ini perlu dilakukan pemangkasan tunas dan bunga agar dapat menghsilkan buah Terong yang lebih banyak dan berukuran besar.
BENIH DAN PERSEMAIAN
Benih terung sebaiknya disemaikan dulu sebelum ditanam pada lahan yang tetap. Pembuatan bedengan dan cara penyemaian terung tidaklah berbeda seperti perlakuan pada tomat. Hanya saja kebutuhan benih terung berbeda dengan benih tomat. Untuk lahan seluas 1 ha, diperlukan 500 g benih terung dengan daya kecambah 75070. Bibit terung berada di persemaian hingga berumur kurang lebih 1,5 bulan atau kira-kira telah berdaun empat helai. Setelah itu bibit terung sudah siap untuk dipindahkan di lahan penanaman.










PENANAMAN
Lahan penanaman disiapkan dan diolah terlebih dahulu, kemudian di bentuk bedengan. Bedengan dibuat selebar antara 1,2 – 1,4 cm dan panjang sesuai lahan. Kemudian bedengan dibuatkan lubang tanam masing-masing berjarak sekitar 60 cm. Jarak antarbarisan lubang tanam 70-80 cm. Setiap bedengan memuat dua barisan tanaman. Di antara bedengan, haruslah dibuat parit yang berfungsi sebagai jalan dan pembuangan air saat musim hujan. Hal ini penting dilakukan karena terung tidak tahan genangan air. Selanjutnya setiap lubang tanam diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 0,5-1 kg agar tanah cukup mengandung bahan organik. Setelah lahan disiapkan, sebaiknya bibit yang telah siap tanam dimasukkan secara tegak lurus ke dalam lubang tanam. Kemudian di sekitar lubang tanam disirami air agar tanah cukup lembap, tetapi tidak sampai tergenang.


Pemeliharaan Terong
Setelah tanam, penyiraman dilakukan kembali setiap 3 hari sekali hingga saat berbunga. Ketika masa berbunga, penyiraman dilakukan 2 hari sekali. Namun, apabila penanaman dilakukan pada daerah kering, maka penyiraman dapat dilakukan lebih sering agar tanaman tidak layu kekeringan. Pemupukan pada terung dilakukan tiga kali, yaitu sebagai pupuk dasar, susulan I, dan susulan II. Pupuk dasar diberikan saat tanah mulai diolah, pupuk susulan I diberikan 7 -14 hari sesudah tanam, dan pupuk susulan II diberikan saat tanaman mulai berbunga. Dosis pemupukan bervariasi untuk setiap jenis terung dan jenis tanahnya, lihat pada Tabel berikut.

WAKTU DAN DOSIS PEMUPUKAN TERUNG
No Jenis pupuk Total Pupuk Dasar Pupuk susulan I II 1. Pupuk kandang 15 ton 15 ton 2. Urea 300 kg 100 kg 100 kg 100 kg 3. TSP 200 kg 200 kg 4. KCI 200 kg 200 kg Sumber : Rush Hukum, kk.,1990. Pemeliharaan selanjutnya seperti penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Namun, bila dirasa perlu, penyiangan dan pendangiran dapat dilakukan lebih sering. Tanaman terung memerlukan penyangga agar cabang lateralnya tidak raboh terkena angin atau hujan. Ajir dapat dibuat dari bambu atau kawat setinggi 60-90 cm.

FASE PRA TANAM
1. Syarat tumbuh
- Tanaman dapat ditanam sepanjang tahun
- Tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 800 m d.pl. ke atas, curah hujan
 
   hujan cukup dan temperatur udara 15o - 20o C.
- Jenis tanah yang dikehendaki gembur, bertekstur ringan atau sarang serta pH 6 - 6,5.
2. Pengelolaan Tanah dan Air
- Bersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman untuk menekan serangan penyakit terbawa tanah
   seperti akar bengkak, busuk lunak, rebah semai, dll. dengan cara dicabut dan dikumpulkan   
   lalu dibakar atau bisa dijadikan kompos.
- Jangan menanam tanaman kubis-kubisan secara terus menerus dan lakukan pergiliran
   tanaman.
- Gunakan pupuk organik (SUPER NASA), khususnya di musim kemarau untuk meningkatkan
   efisiensi penggunaan air.
3. Persiapan Lahan
- Lahan dicangkul dan dibajak sedalam 20-30 cm
.
- Berikan Dolomit atau CAPTAN kira-kira 2 ton/ha jika pH <>FASE PERSEMAIAN
.
- Media persemaian terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang (kompos) halus dengan
   perbandingan 1:1 dan ditambah 100 gr (1 sachet)- - - Natural GLIO untuk 25 kg pupuk
   kandang.
- Benih direndam dalam air hangat + POC NASA dosis 2 cc/lt air selama 0,5 - 1 jam lalu
   diangin-anginkan.
- Sebarkan benih secara merata dan teratur lalu ditutup daun pisang selama 3-4 hari
.
- Semprotkan POC NASA seminggu sekali dengan dosis 3 tutup/tangki
.
- Lakukan penyiraman setiap hari dengan gembor
.
- Persemaian dibuka setiap pagi sampai jam 10.00 dan sore mulai pukul 15.00
.
- Amati bibit kubis yang terserang penyakit tepung berbulu (Peronospora parasitica) atau
   ulat daun pada daun pertama, dipetik dan dibuang daun yang terserang.


FASE TANAM
1. Jarak tanam
Jarak tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60 x 50 cm
.
2. Bibit
Bibit yang telah berumur 3 - 4 minggu memiliki 4 - 5 daun siap ditanam
.
3. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl.
Pupuk dasar dicampur secara merata lalu diberikan pada lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
4. Cara tanam
- Buat lubang tanam dengan tugal sesuai jarak tanam
.
- Pilih bibit yang segar dan sehat
.
- Tanam bibit pada lubang tanam
.
- Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang langsung ditanam bersama bumbungnya
.
- Bila bibit disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit dari polibag lalu baru ditanam
.
- Bila disemai dalam bedengan ambil bibit beserta tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang
   sedalam 5 cm dengan solet (sistem putaran).
- Setelah ditanam, siram bibit dengan air sampai basah
- Kubis dapat ditumpangsarikan dengan tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris
   tomat. Tomat ditanam 3 atau 4 minggu sebelum kubis.










FASE PRA PEMBENTUKAN KROP (0 - 49 HARI )
- Penyiraman dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari
.
- Pemupukan susulan dilakukan pada umur 28 hari dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha
   ZA dan 100 kg/ha KCl.
- Penyemprotan POC NASA 3 - 4 tutup/tangki ditambah HORMONIK 1-2 tutup/tangki
   dilakukan setiap 1 minggu sekali.
- Penyiangan (penggemburan dan pembubunan tanah) dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu.
- Perempelan cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin supaya
   pembentukan bunga optimal.
- Hama yang menyerang pada fase ini antara lain Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.), Ulat daun
   kubis (Plutella xylostella L.), Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.), Ulat krop bergaris  
   (Hellula undalis F.).
- Lakukan pengamatan tiap minggu sekali terhadap hama-hama tersebut mulai kubis umur
  13 hari. Populasi tertinggi terjadi pada awal musim kemarau.
- Cara pengendalian; kumpulkan dan musnah secara mekanik, sanitasi lingkungan.
- Tanaman muda yang mati karena penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.)
   dicabut, kemudian disulam dengan tanaman baru yang sehat, tambahkan Natural GLIO  
   pada lubang tanam.

FASE PEMBENTUKAN CROP ( 50 - 90 HARI )
- Penyiangan secara manual dengan tangan perlu dilakukan sampai kira-kira satu minggu
  sebelum panen
- Lakukan pengamatan lebih intensif terhadap hama yang merusak berat pada fase ini yaitu;
   Ulat Daun Kubis (P. xylostella) dan Ulat krop kubis (C. binotalis), biasanya Pebruari Maret
- Serangan hama menjelang panen tidak perlu dikendalikan (secara kimia)




PANEN DAN PASCA PANEN
- Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari
- Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah
   melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat.
 - Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop
- Jangan sampai terjadi memar atau luka
- Amati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas
   camprestris)
- Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.

6. Hama dan Penyakit Tanaman
- Hama

1. Kumbang Daun (Epilachna spp.)
Gejala : serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah
Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan kumbang, atur waktu tanam, pencegahan dengan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali.

2. Kutu Daun (Aphis spp.)
Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda Daun tidak normal, keriput atau keriting atau menggulung Sebagai vektor atau perantara virus
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, pencegahan semprot PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR setiap 1-2 minggu sekali.





3.Tungau ( Tetranynichus spp.)
Serangan hebat musim kemarau.
Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman, sehingga menimbulkan gejala bintik-
intik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
Cara pengendalian : sama seperti pada pengen dalian kutu daun.

4. Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari
Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan ulat, pencegahan siram atau semprotkan
estona atau pentana + aero 810.

5.Ulat Grayak (Spodoptera litura, F.)
Bersifat polifag.
Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang.
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, semprot dengan Natural vitura.

6.Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
Bersifat polifag, menyerang buah dengan cara menggigit dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan mudah terserang penyakit busuk buah.
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan buah terserang, lakukan pergiliran tanaman dan waktu tanam sanitasi kebun, pencegahan semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali






- Penyakit
1. Layu Bakteri
Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum
Bisa hidup lama dalam tanah
Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi
Gejala : serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak

2. Busuk Buah
Penyebab : jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans, Phytium sp.
Gejala : serangan adanya bercak-bercak coklat kebasahan pada buah sehingga buah busuk.

3. Bercak Daun
Penyebab : jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea
Gejala : bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.

4. Antraknose
Penyebab : jamur Gloesporium melongena
Gejala : bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam

5.Busuk Leher akar
Penyebab ; Sclerotium rolfsii
Gejala : pangkal batang membusuk berwarna coklat

6.Rebah Semai
Penyebab : Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp.
Gejala : batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati


0 komentar:

 
This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog.